Pemanfaatan Limbah Cair PKS untuk Land Application
1.
Pendahuluan
Sampai
saat ini terdapat ± 100 buah pabrik kelapa sawit milik PTP. Disamping itu
terdapat juga sejumlah pabrik milik swasta. Selaras dengan kegiatan pembangunan
yang ada baik dalam bentuk proyek PIR/PIR Trans maupun pembangunan kebun
sendiri maka jumlah pabrik kelapa sawit tersebut dengan sendirinya akan
menambah pula jumlah limbah yang dihasilkan baik limbah cair maupun limbah
padat. Khusus untuk limbah cair, volume limbah yang dihasilkan dapat
diperkirakan secara kasar sebagai berikut :
Limbah cair yang dihasilkan dari
pengolahan TBS sebanyak 1 Ton, adalah sebesar 1 Ton limbah dengan tingkat BOD
sebesar ± 25.000 mg/lt. Dengan demikian dari 50 buah pabrik kelapa sawit yang
diperkirakan dapat mengolah 40.000 Ton TBS/hari akan dihasilkan 40.000 M3
limbah/hari dengan total beban BOD 1.000 Ton/hari.
Besarnya limbah yang dihasilkan
tersebut disatu pihak menuntutperhatian yang serius untuk menanggulanginya dan
dilain pihak Memberikan peluang yang cukup besar untuk secara positif
memperoleh nilai tambah dari limbah yang ada tersebut.
2.
Sistim penanganan limbah cair pabrik kelapa sawit
Sistem
penangananlimbah cair yang pada umumnya dilakukan oleh pabrik KS di Indonesia
adalah system kolam disebut system tradisional yang dimaksudkan untuk menekan
tingkat BOD untuk mencapai baku mutu yang ditetapkan, sebelum dialirkan atau
dibuang ke sungai. Air
limbah
yang dihasilkan dari pabrik langsung didinginkan baik melalui pendingin ataupun
menara pendingin kemudian diproses lebih lanjut melalui beberapa cara yaitu :
Ke kolam anaerobic dilanjutkan ke
kolam aerobik, atau Dari kolam anaerobic kemudian dilanjutkan ke kolam
facultative, atau Diolah di tangki anaerobic dilanjutkan ke kolam aerobik.
Selanjutnya dari kolam tersebut
bisa dibuang ke badan sungai. Limbah cair pabrik kelapa sawit mempunyai tingkat
BOD yang sangat tinggi yaitu rata-rata mencapai 20.000 mg/lt – 25.000 mg/lt.
Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri KLH No. Kep. 03/MENKLH/II/91 tanggal 1
Februari 1991, bahwa buku mutu limbah pabrik kelapa sawit dipersyaratkan BOD
tidak melampaui 250 mg/lt. Untuk mencapai tingkat BOD sesuai dengan baku mutu
tersebut diperlukan biaya yang cukup tinggi yaitu berupa biaya pembangunan
instalasi pengolahan limbah dan biaya operasinya.
Biaya investasi dari
masing-masing system tersebut bervariasi untuk kolam limbah dari pabrik 60 Ton
TBS/jam biayanya sekitar Rp. 800 juta – Rp. 1 Milyar dan biaya operasionalnya
kira-kira Rp. 20 – Rp.22 juta pertahun. Pada kenyataannya walaupun biaya yang
dibutuhkan cukup besar, tingkat baku mutu limbah kurang dari 250 mg/lt sulit
untuk dicapai.
3.
Land Application
Selama ini limbah yang dihasilkan
oleh pabrik kelapa sawit dengan system tradisional dibuang ke sungai tanpa ada
nilai tambah yang diperoleh. Padahal limbah yang dihasilkan tersebut sebenarnya
dapat dimanfaatkan sebagai pupuk karena kandungan nutrientnya cukup tinggi
tidak beracun dan tidak berbahaya. Pemanfaatan limbah tersebut dapat dilakukan
dengan memproses air limbah hanya sampai pada tingkat kolam primary anaerobic.
Untuk selanjutnya di pompa sebagai pupuk ke kebun kelapa sawit. Sistem ini
disebut system land application. Proses pengolahan air limbah diperlukan untuk
menurunkan tingkat BOD dari 25.000 mg/lt menjadi 3.000 – 5.000 mg/lt. Pada
tingkat BOD 3.000 – 5.000 mg/lt tersebut air limbah dinilai tidak akan
menimbulkan pencemaran terhadap air tanah disamping kandungan minyak dan zat
padat terlarut telah dapat ditekan sehingga tidak menciptakan kondisi anaerobic
yang dapat mengakibatkankematian tanaman sawit. Sistem land application telah
lama diterapkan di Malaysia, yaitu sejak akhir 1970. Beberapa perkebunan sawit
milik Perusahaan swasta di Sumatera Utara dan beberapa kebun milik PTP telah
mencoba menerapkan system ini dengan hasil yang memuaskan
4.
Metoda Land Application
Metoda land application ada 4
macam yaitu Flad bed; Furrow; Long bed; Sprinkler. Penggunaan dari
masing-masing sistim sangat tergantung pada kondisi lapangan utamanya topografi
lahan. Untuk areal data digunakan sistim sprinkler dan long bed dan untuk area
berbukit digunakan flat bed & furrow. Luasan lahan yang biasa diaplikasi
tergantung pada land application yang digunakan. Pabrik kapasitas 60 Ton
TBS/jam akan menghasilkan limbah ± 1200 M3/hari atau 360.000 M3 / tahun. Dengan
metoda flat bed limbah tersebut dapat di applikasikan untuk area seluas 360 Ha,
dengan metoda long bed seluas 600 Ha dan metoda furrow seluas 240 Ha. Rincian
dapat dilihat pada lampiran 10 yang merupakan hasil penelitian Malaysia. Metoda
Sprinkler dan Traktor Tanker tidak direkomendasikan untuk diterapkan karena
secara teknis pipa sprinkler sering tersumbat oleh padatan. Sedang sistim
traktor tanker lebih tepat diterapkan jika penanganan limbah menggunakan sistim
anaerobic tank digestion (sistim ini tidak digunakan di Indonesia).
5.
Biaya Investasi dan Operasional Land Application
Dari segi investasi, biaya
pembangunan sistim application kurang lebih sama dengan biaya pembangunan
kolam-kolam sistim tradisional. Bahkan sistim land application ini membutuhkan
biaya operational yang lebih besar dari pada sistim tradisional. Sekalipun
demikian sistim application masih memberikan keuntungan karena akan mengurangi
biaya pembelian pupuk anorganik antara Rp.60 -105 juta/tahun dan dapat
meningkatkan hasil produksi tandan senilai antara Rp. 125 – 310 juta/tahun.
6.
Manfaat Penggunaan Limbah untuk Land Application
Disamping manfaat financial yang
cukup tinggi yaitu sekitar Rp. 415 juta/tahun dari penghematan penggunaan pupuk
dan peningkatan production TBS diperoleh pula manfaat dan segi lingkungan yaitu
tidak adanya limbah yang dibuang ke sungai. Disamping itu tidak ada masih
terdapat beberapa manfaat lainnya, seperti antara lain :
- Memperbaiki struktur tanah
- Meningkatkan pertumbuhan akar
- Meningkatkan kandungan bahan
organic
- Memperbaiki PH tanah
- Meningkatkan daya resap air ke
dalam tanah
- Meningkatkan kelembaban tanah
- Meningkatkan kapasitas
pertukaran Ton
Pengendalian Pengoperasian Land
Applicatiuon
Walaupun manfaat land application
cukup besar namun pemanfaatan limbah pabrik sawit ke kebun harus diawasi;
penggawasannya berupa : Limbah lebih dulu harus diolah dikolam primery
anaerobic untuk menurunkan BOD dari 25.000 mg/lt menjadi 3.000 – 5.000 mg/lt.
Dosis (volume limbah) yang diaplikasikan setiap metoda harus sesuai dengan
rekomendasi yang dituangkan. Untuk mencukupi kebutuhan nutrient tanaman,
diperlukan applikasi sebanyak 6 kali dalam setahun dan disarankan setiap tahun
berpindah lokasi.
Monitoring mengenai kandungan
mineral tanah dan pencemaran air tanah harus dilakukan secara berkala sekali
setahun. Laporan pelaksanaan land application harus dibuat setiap tahun, dan
laporan tersebut disampaikan kepada instansi yang terkait. (BAPEDAL, Ditjen
Perkebunan).
1.
Limbah
cair pabrik kelapa sawit dapat digunakan sebagai pupuk. Aplikasi limbah cair
memiliki keuntungan antara lain dapat mengurangi biaya pengolahan limbah cair
dan sekaligus berfungsi sebagai sumber hara bagi tanaman kelapa sawit.
–
Kolam anaerobik primer
–
Pengaliran limbah cair PKS dengan sistem flatbed
–
Parit sekunder pada aplikasi limbah cair sistem flatbed
2.
Kualifikasi
limbah cair yang digunakan mempunyai kandungan BOD 3.500–5.000 mg/l yang
berasal dari kolam anaerobik primer.
3. Metode aplikasi limbah cair yang
umum digunakan adalah sistem flatbed, yaitu dengan mengalirkan limbah melalui
pipa ke bak-bak distribusi dan selanjutnya ke parit primer dan sekunder
(flatbed). Ukuran flatbed adalah 2,5 m x 1,5 m x 0,25 m. Dosis pengaliran
limbah cair adalah 12,6 mm ekuivalen curah hujan (ECH)/ha/bulan atau 126
m3/ha/bulan.
4. Kandungan hara pada 1m3 limbah
cair setara dengan 1,5 kg urea, 0,3 kg SP-36, 3,0 kg MOP, dan 1,2 kg kieserit.
Pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton/jam akan menghasilkan sekitar 480
m3 limbah cair per hari, sehingga areal yang dapat diaplikasi sekitar 100-120
ha.
5. Pembangunan
instalasi aplikasi limbah cair membutuhkan biaya yang relatif mahal. Namun
investasi ini diikuti dengan peningkatan produksi TBS dan penghematan biaya
pupuk sehingga penerimaan juga meningkat. Aplikasi limbah cair 12,6 mm
ECH/ha/bulan dapat menghemat biaya pemupukan hingga 46%/ha. Di samping itu,
aplikasi limbah cair juga akan mengurangi biaya pengolahan limbah.
6. Limbah
cair pabrik kelapa sawit telah banyak digunakan di perkebunan kelapa sawit baik
perkebunan negara maupun perkebunan swasta. Penggunaan limbah cair mampu
meningkatkan produksi TBS 16-60%. Limbah cair tidak menimbulkan pengaruh yang
buruk terhadap kualitas air tanah di sekitar areal aplikasinya.
Standard Nasional Mutu Limbah Cair Kelapa Sawit
Standar Baku Mutu
Ø Baku
Mutu limbah yang di buang ke sungai/badan air.
Tabel
1. Baku Mutu Limbah Cair untuk Industri Minyak Sawit
Parameter
|
Kadar
Maksimum
(mg/l)
|
Beban
Pencemaran
(Kg/ton)
|
BOD
COD
TSS
Minyak dan Lemak
Nitrogen Total
|
100
350
250
25
50
|
0,25
0,88
0,63
0,063
0,125
|
pH 6,0 – 9,0
Debit
Limbah Maksimum sebesar 2,5 m3 per ton produk
Sumber: Bapedal 2004
Ø Baku
Mutu pemanfaatan air limbah ke lahan kebun.
-
BOD
≤ 5000 mg/l
-
pH
6-9
(sumber
Bapedal,2004)
Ø Pengertian BOD
BOD singkatan dari Biological
Oxygen Demand , atau kebutuhan oksigen biologis untuk memecah
(mendegradasi) bahan buangan didalam air limbah oleh mikroorganisme. Dalam hal
ini bahan buangan organik akan dioksidasi oleh mikroorganisme didalam air
limbah, proses ini adalah alamiah yang mudah terjadi apabila air lingkungan
mengandung oksigen yang cukup. Jenis mikroorganisme/bakteri ditinjau dari
kebutuhan oksigen ada 2 jenis yaitu :
- Bakteri Aerob adalah
mikroorganisme yang memerlukan oksigen untuk memecah bahan buangan organik.
- Bakteri Anaerob adalah mikroorganisme yang
tidak memerlukan oksigen untuk memcah bahan buangan organik.
Ø Pengertian COD
-
COD
singkatan dari Chemical Oxygen Demand, atau kebutuhan oksigen
-
kimia
untuk reaksi oksidasi terhadap bahan buangan didalam air.
-
Dalam
hal ini bahan buangan organik akan dioksidasi oleh bahan kimia
-
yang
digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent)
Ø Proses Pengolahan IPAL
POME dikelola melalui proses
biologi di dalam kolam - kolam (Ponds) sebagai berikut:
1. Acidication Pond
2. Anaerobic Pond
3. Facultative Pond
1.
Acidification
Ponds
Pertama sekali raw POME dari
kolam Fat pit di alirkan ke pond A atau pond B, pada kolam ini
terjadi perubahan bahan organik kompleks (karbohidrat, lemak, protein) menjadi
asam mudah menguap, alkohol, CO2 dan H2O, perubahan ini dilakukan oleh bakteri
thermopilic (suhu kerja 400C-600C) dan enzim untuk proses hidrolisa. Secara
bersamaan pula di alirkan liquor atau acid bakteria dari Pond C dengan mempergunakan
pompa ke dalam pond A atau pond B. Perlakuan ini dinamakan back
mixing. Bakteri akan mendapatkan feeding (umpan) di pond A dan pond B.
Campuran Raw POME dan Anaerobic Liqour di Pond ini adalah dengan ratio
pencampuran 1 – 1.5 sampai 1 : 3. Campuran Raw POME dengan Anaerobic Liquor
pada pengamatan harian baik secara visual maupun pengamatan melalui analisis
pH, TotalvAlklinity per VFA adalah dengan nilai rasio 1 : 3. Campuran di
Acidication Pond ini bergantung dengan jumlah FFB yang diolah setiap hari,
seperti contoh di bawah ini :
FFB
yang diolah : 300 Ton
Raw
POME 60 % dari FFB Olahan : 210 Ton
Ratio
campuran di Pond A : 1 : 3
Jumlah
campuran adalah : 3 x 210 Ton
: 630 Ton
1.
Anaerobic
Pond
Selanjutnya di dalam Pond ini
terjadi perombakan bahan–bahan senyawa organik secara bertahap oleh Anaerobic
Liquor (Mesophilic Bacteria, suhu kerja 20- 40 0C). Bahan - bahan organik yang
majemuk atau yang tidak larut terhidrolisa menjadi bahan–bahan organik yang
larut, yang selanjutnya di rombak menjadii asam – asam mudah menguap (Volatile
Fatty Acid) dan degradasi berlanjut dengan terbentuknya gas metan dan gas
sulfida yang menimbulkan bau busuk. Terbentuknya asam-asam mudah menguap ini
dpt diketahui dari rasio TA/VFA > 3 dengan pH 6 -9. Akibat perlakuan
terhadap limbah cair ini adalah terjadi kenaikan pH, menurunkan BOD, COD dan
Solid Content seperti tabel berikut ini :
Paramater
|
Raw
POME
|
POME
setelah melalui
Anaerobic
Pond
|
pH
C.O.D.
B.O.D
Solid
N
P
K
Mg
|
4
– 5
50.000
25.000
18.000
1.000
300
2.200
600
|
7,6
4.000
- 5.000
1.000
- 1.500
1.000
400
70
1.200
280
|
Satuan ppm kecuali pH
Perkembang biakan bacteri juga
masih terjadi di kolam ini.
2.
Fakultatif
Pond
Pada kolam ini masih terjadi
proses degradasi oleh mikroorganisme selama masa penahanan (Retention time)
oleh kedua jenis bakteri aerob dan anaerob, tetapi aktitas bakteri
sudah menurun karena kandungan organik sudah lebih sedehana dan kandungan
oksigen terlarut meningkat. Hasil pemecahan (degradasi) bahan organik oleh
mikroorganisme yang memerlukan oksigen (aerobic) dan tanpa oksigen (anaerob)
hasilnya akan berbeda terlihat seperti berikut ini :
Kondisi
aerob Kondisi
anaerob
C
-----> CO2 C
-----> CH4
N
-----> NH3 + H NO3 N -----> NH3 + Amin
S
-----> H2SO4
S -----> H2S
P
-----> H3PO4 P
-----> PH3 +
Komponen Pospor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar